story of love

Kamar Kos, Paskah 2009

Cinta dan perasaan untuk memiliki adalah dua hal yang berbeda (petikan dari dialog film Ayat-Ayat Cinta)
Setuju banget tuh gw sama pendapat itu. Buat gw cinta itu rasa yang teramat sakral. Cinta baru ada ketika kita siap untuk menerima pasangan hidup kita, menjalani suka, duka, sedih, seneng bareng-bareng. Dan ga hanya itu, cinta dapat berarti juga mengkikhlaskan orang yang kita sayangi untuk pergi dan meraih kebahagiaan hidupnya, meski itu berarti kita harus kehilangan untuk selamanya.
Sedangkan perasaan untuk memiliki adalah obsesi untuk memiliki apa yang kita ingin untuk miliki. Kalo udah gitu bukan perasaan dan hati lagi yang berbicara tapi ambisi dan egoisme.
Cinta mengajarkan kita untuk rela berkorban demi orang yang kita cintai, walaupun itu berarti melepas orang yang kita cintai. Membebaskannya untuk memilih hidupnya sendiri.
Gw pernah melihat salah satu kisah cinta itu……………
Sahabat gw itu punya kakak, sebut aja Intan, karena dulu gw sering nginep di rumah sahabat gw ini jadi sedikit banyak gw juga tau latar belakang keluarganya. Nyokap temen gw ini guru agama gw waktu SD, bokapnya juga guru. Kak Intan sendiri aktivis gereja, tapi sahabat gw ini agak melenceng, mungkin karena kebnyakan bgaul ma gw jadi dia sama sekali ga tertarik sama aktivitas yang berbau gerejawi…
Back to Kak Intan…
Dua tahun lebih dia pacaran sama sesama aktivis Gereja. Mereka berdua tuh kompak n klop banget, kemana-mana selalu berdua, seiman pula jadi wajar dong kalo banyak yang ngiri ngelihat pasangan ini. Termasuk gw tentunya..he…he……
Nyokap dan Bokap Kak Intan juga udah seneng banget sama ni cowok, soalnya selain religius dia juga sopan, ga neko-neko, dan perhatian banget. Bahkan cowok kak Intan ini udah dianggep anak sendiri sama keluarga Kak Intan.
Mei 2006 lalu, Mudika (sebutan buat muda-mudi yang aktif dalam kegiatan Gereja) ngadain acara Retreat ke salah satu Gua Maria di Kota Jawa Tengah. Salah satu sesi di acara itu adalah sharing panggilan (sesi untuk mengugah hati kaum muda supaya terbuka hatinya untuk menjadi pelayan Gereja). Dalam sesi ini mudika mengemukakan pendapat, kesaksian, pengalaman yang berkaitan dengan panggilan hidup. Sampailah giliran cowok Kak Intan untuk cerita, singkatnya dia pernah mimpi ada cahaya putih memberinya sebuah merpati, dan dia disuruh memeilhara merpati itu, jangan sampai mati. Setelah itu dia merasa dibawa ke sebuah sungai dan disiram air dari ujung kepala (seperti kisah Yesus ketika dibabtis Yohanes Pembabtis).
Tadinya Kak Intan cuek dan menganggap mimpi itu angin lalu. Namun, selang beberapa hari sepulang retreat cowok Kak Intan mengutarakan niatnya untuk berpisah baik-baik dengannya. Kaget bukan maen pastinya apalagi setelah tau cowoknya itu pengen pisah dengannya karena merasa terpanggil untuk melayani Tuhan. Sebuah hal yang sama sekali ga pernah terlintas di benak Kak Intan.
Kak Intan sempet ga terima, Beberapa hari dia terus mengurung diri di kamar. Dalam pergumulannya dia berharap mendapat petunjuk dari Tuhan. Orang tua Kak Intan pun sama kagetnya, tapi mereka mendukung penuh keputusan yang diambil cowok Kak Intan. Keputusan yang berat emang, tapi pada akhirnya demi cinta kak Intan mau melepas orang yang dikasihinya.
Awalnya emang berat banget pastinya melepas seorang yang dicintai, apalagi dengan melepas cinta sama aja melepas mimpi dan cita yang pastinya pernah dirangkai untuk masa depan berdua. Jalan sendiri-sendiri pastinya bukan hal yang diinginkan. Tapi jika emang itu yang paling bijak kenapa ga dijalani.
Dari cerita sobat gw, kak Intan sama sekali ga menyesal melepas orang yang begitu dicintainya.
Malah dia makin berusaha untuk dekat dengan Tuhan. Membuka hati akan panggilan hidupnya kelak, entah itu jadi pelayan Tuhan atau melanjutkan kehidupan normal, mewujudkan cita-citanya menjadi seorang guru.
Cerita tentang Kak Intan ini adalah satu dari sekian banyak kisah tentang cinta sejati. Cinta yang mau mengalah. Karena cinta bukan hanya perasaan menyayangi yang tulus, tapi lebih dari itu cinta adalah sebuah pengorbanan

0 comments:

Post a Comment