kisah seorang bapak

Awal kuliah gw sempet “dekat” sama kakak tingkat di kampus (sebut aja namanya Sulung). Cerita yang biasa seperti banyak kisah yang lain. Ga ada yang special dari hubungan gw sama Sulung. Tahun demi tahun berlalu dan gw ataupun dia semakin mantap dengan jalan hidup masing-masing. Walaupun begitu tapi hubungan gw dan dia tetep normal aja, selayaknya senior dan junior.

Yang menarik dari kisah dia dan gw memang bukan saat “dekat”, tapi jauh setelah itu. Tepatnya 3 tahun kemudian. Ketika Sulung divonis kanker paru-paru. Jujur, gw sendiri ga tau gimana detail ceritanya karena waktu itu gw lagi menjalani KKN. Tapi menurut info dari temen-temen yang di Kampus keadaannya tiap hari tambah memburuk.

Pertengahan maret 2008 akhirnya dia dipanggil Tuhan. Sedih pasti secara gimanapun juga dia pernah mewarnai hidup gw. Tambah lagi gw pernah banyak salah ke dia, gw pernah nyakitain dia..tambah sedih lagi gw ga bisa ikut ke pemakaman karena harus ujian KKN.

Juli 2008 akhirnya gw sempetin buat ziarah ke makamnya. Untungnya temen kos gw ada yang sedaerah sama dia.

Tapi sekali lagi bukan itu yang mau gw certain.

Yang ingin gw critain adalah bokapnya si Sulung ini. Sesosok bapak yang begitu tegar dan bijak.
Tahun 1998, Bapak ini harus merelakan kepergian istri tercintanya. Bertahun-tahun istri bapak mengalami lumpuh. Tepatnya setelah kelahiran anak keduanya sekitar tahun 1989. Melayani istri yang sehari-hari berada di atas kursi roda tentunya bukan hal yang gampang, berbagai pengobatan telah dilalui sampai pada akhirnya Sang Empunya nasiblah yang mengambil alih penderitaan istri bapak.

Sepeninggal istrinya, bapak berjanji untuk tidak menikah lagi, dan tetap membesarkan 2 buah hatinya. Meski pekerjaannya sebagai guru memaksanya untuk kos di dekat sekolah karena jarak tempuh yang jauh dari rumah.

Bertahun-tahun ia membesarkan 2 anak laki-lakinya seorang diri. Hingga si bungsu akhirnya memilih jalan hidupnya sendiri yaitu bersekolah di Seminari (pendidikan calon pastor). Walaupun beberapa kali mengeluh tak kuat sekolah di seminari tapi akhirnya si bungsu berhasil menyelesaikan juga pendidikian di seminari menengah.

Awal tahun 2008, ketika si sulung mengalami sakit yang cukup parah, bapak ini dengan setia mendampingi, bahkan ia rela cuti dari pekerjaannya. Banyak biaya, tenaga, pikiran terkuras dalam perawatan anak sulungnya ini, tapi bapak tetap yakin akan kebaikan Tuhan. Bahkan dengan tegar ia rela untuk tak berbagi keluh kesah dengan si bungsu, dengan alasan Ia tak ingin konsentrasi bungsu terpecah saat ujian.

Begitu berat bebannya, emosinya sering terguncang karena kondisi kesehatan Sulung yang semakin memburuk. Tubuh Sulung kurus kering dimakan penyakit, untuk bicarapun dia tak mampu. Untuk komunikasinya ia biasa menujuk pada karton berisi Abjad (seperti yang digunakan anak SD pertama kali belajar Alphabet) sampai pada akhirnya Tuhan berkehendak lain. Bapak kembali harus kehilangan orang yang sangat ia kasihi.

Setelah kepergian Sulung, Bapak sering menyendiri. Tak disangkal pula sang Bapak sering protes kepada Tuhan dalam hati, kenapa harus seperti ini hidup yang dia lalui.
Bapak sempat cerita banyak, waktu gw dan temen gw ke rumahnya. Dari cerita-ceritanya gw bisa menangkap kalo bapak ini benar-benar bapak yang bijaksana, tulus dan luar biasa. Ia sempat bercerita tentang kesepiannya dan kesendiriannya. Dia takut tak ada yang bisa melanjutkan lagi keturunannya. Beralasan sekali memang karena si Bungsu ketika itu masih di seminari.

Setelah menimbang cukup lama Bapak akhirnya memutuskan untuk meminta bungsu kembali ke kehidupan biasa. Dengan alasan yang begitu kuat itulah akhirnya pihak seminari mau mengembalikan si Bungsu ke Bapak.

Saat ini mesti masih terpisah jarak dengan si Bungsu yang harus melanjutkan studi ke luar kota, tapi Bapak seolah tak pernah lelah berharap bahwa Tuhan akan tetap memberinya pengaharapan baru.

Cerita tentang Bapak ini mungkin hanya salah satu dari sekian banyak kisah nyata yang bisa dijadikan inspirasi hidup. Bersyukurlah kita sebab di balik setiap kekurangan hidup yang kita jalani selalu ada kisah yang bisa dijadikan hikmah..

0 comments:

Post a Comment